Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2020

CERITA LENANG MULUD | HiKAYAT ACEH

Gambar
     Dahulu kala adalah seorang raja beristeri tujuh orang. Lenang Mulud adalah anak isterinya yang termuda. Pada suatu ketika ada seseorang yang berkata kepada raja, bahwa isteri raja yang termuda itu kelak akan mendatangkan bencana miskin serta papa kepada raja. Supaya jangan terjadi demikian, raja seharusnya membuang isterinya itu. Raja percaya kepada anjuran orang itu. "Jika demikian berangkatlah. Persiapkan berasnya, bahwa apa yang dapat dibawa dan buatlah rumahnya dalam hutan supaya dia tidak dimakan harimau. Sebaiknya, semua hal ini jangan sampai diketahui orang lain," perintah raja. Maka berangkatlah para pengawal mengantarkan isteri raja itu kedalam hutan. Setelah sekian lama berada dalam hutan, isteri raja itupun bersalin. Ia memberi nama Lenang Mulud kepada anak yang baru lahir itu. Meskipun merasa sedih, namun ia tetap tinggal di rumah itu. Pada suatu hari raja berburu ke daerah itu. Karena mendengarsuara batuk, anak itu bertanya kepada ibunya : "Suar

The Price of Freedom by Hasan Muhammad Tiro | Buku Aceh

Gambar
I write this book in preparation for my death, shaheed - a witness to an idea that had earlier been made sacred by the spilt blood of my ancestors and recently by the spilt blood of my loyal followers.   The value of a thing is not determined by what you can do with it, but by what price you are willing to pay for it.   Freedom means that we take full responsibility for ourselves, our people, and our country;freedom means that we maintain the distance that separates us from others; freedom means that we are no longer afraid of hardship, difficulties, privation or death: he who has learned how to die can no longer become a slave or a colonial subject.   He who wants to be free must always be ever ready to go to war and to die for his freedom. "The free man is a warrior".   To preserve our freedom, our forefathers had suffered all, sacrificed all, dared all, and died. Now is our turn to do no less.     Hudeep Beusare Mate Beusadjan  

CERITA PEREMPUAN, SETANPUN JEMU | HiKAYAT ACEH

Gambar
  Setahun ada dua belas bulan. Sebulan tiga puluh hari. Sehari dua belas jam dan satu Jumat itu tujuh hari. Hendaklah didengar wahai kawan, inilah cerita riwayat masa lalu. Riwayat dari negeri Arab. Alkisah di dalam negeri Madian, di kota Bantaian ada seorang yang bernama Nyak Amat (Cut Amat). Ia adalah seorang miskin, dan tinggal di sebuah dangau. Pencahariannya mencari kayu api setiap hari. Setelah berhasil, kayu itu dibawanya ke pasar. Ketika sampai di pasar dibelinya beras seperempat bakul, ikan setumpuk, cabai garam, rokok, serta sirih untuk keperluan sehari. Kehidupannya sehari-hari, hingga ia kira-kira sudah berumur dua puluh lima tahun, masih seperti itu saja. Tempat tinggalnya di sebuah pulau. Di pulau itu ada Kepala Desa. Kepala Desa itu bernama Keuchik Abdurrahman. Keuchik Abdurrahman itu rasanya tak sanggup memikirkan lagi peri hidup abang Cut Amat itu. Disuruhnya bersawah dia tidak mau. Disuruhnya bekerja sebagai buruh juga tidak mau. Dia hanya mencari kayu api untuk m